Merasa Jenuh Sebagai Ibu Rumah Tangga?Yuk selesaikan dengan trik berikut ini

Merasa Jenuh Sebagai Ibu Rumah Tangga?Yuk selesaikan dengan trik berikut ini
Merasa Jenuh Sebagai Ibu Rumah Tangga?Yuk selesaikan dengan trik berikut ini



Pekerjaan dan tempat tinggal saya di kota industri, Gresik. Dengan beberapa pertimbangan, Lui bersama Ibu di Surabaya selama saya kerja. Tahun kemarin saya resign dari pekerjaan dan Lui tetap tinggal sama Ibu. Sepertinya udah nyaman ya, apa-apa dibantuin. Sejak saya resign, saya tetap tidak pernah berfikir Lui gimana ketika saya ikut seminar atau liputan event blogger karena toh Lui ada ditangan orang yang terpercaya. Bahkan seperti pelatihan TBS yang 3 hari, malah saya pulangnya ke Gresik, gak ke Lui di Surabaya.


Semua berubah sejak ladang gandum dibanjiri cokelat *bukan iklan Koko Krunch :D. Bulan Ramadhan lalu, Lui maunya tinggal di Gresik terus. Bahkan sekarang tidak mau lagi pulang ke Ibu di Surabaya. Alhasil kami tinggal bertiga, Adit, saya dan Lui. Dan hal itu menjadikan saya 24 jam berkutat sama anak dan pekerjaan rumah tangga. Setiap hari. Setiap waktu.

Buat beberapa orang, tidak akan masalah hanya melakukan pekerjaan seperti cuci piring, cuci baju, dan lainnya jika dilakukan sesekali. Tapi buat saya, mengerjakaan pekerjaan domestik seakan tak ada ujungnya. Cuci piring bisa berkali-kali. Gak bisa sekedar buka laptop, mandi syantik, bahkan menjelang Idul Fitri saya nolak job review hanya gegara saya harus main sama Lui. Halah gitu doang nelangsa. Iya karena feenya bisa menggendutkan sedikit isi tabungan saya hihi :p

Sampai pada satu titik, saya bertanya dalam diri. Apa mungkin saya bosan dengan pekerjaan domestik rumah tangga? Apa aku jenuh sebagai ibu rumah tangga?

Setiap peristiwa adalah netral

Pada hakikatnya setiap peristiwa adalah netral alias tidak membawa makna. Kita bisa jadi ngerasa nelangsa, sedih, marah, senang karena kita memaknai peristiwa tersebut. Ketika peristiwa itu dibingkai makna dan menghasilkan emosi, akan mendorong kita buat bertindak.

Contohnya misal ada peristiwa “Lui nolak belajar ngaji”. Saya maknai (frame) Lui anak pemalas. Lalu karena frame tersebut, emosi yang muncul pasti marah dan respon saya ngomel wkwk.

Beda lagi jika kita Lui nolak ngaji saya maknai (reframe) oh Lui bosan dengan metode belajar ngaji satu arah. Emosi yang muncul menjadi netral. Dan respon saya adalah berfikir untuk menyiapkan agenda cara belajar ngaji yang menyenangkan, tidak di buku Iqro’ saja. Misalnya mengenalkan huruf hijaiyah dengan three lesson period ala Montessori. 


Akan terasa beda responnya bukan? jika kita menyelesaikan emosi dengan mengubah cara pandang. Inilah yang disebut reframingDengan reframing kita jadi punya makna baru terhadap peristiwanya. Dan bisa memberi respon yang memberdayakan.  

Sebab jenuh

Apa sih yang bikin jenuh dari pekerjaan ibu rumah tangga? Menurut saya sebabnya karena mengerjakan aktivitas monoton seperti cuci piring, cuci baju, setrika, masak yang ujung-ujungnya bikin lelah. Ditambah minim interaksi sosial dan keuangan yang pas-pasan.

Semakin jenuh karena kurang memaknai apa yang kita lakukan (yang katanya monoton tadi). Dibawah ini saya coba mengubah cara pandang (reframing) terhadap pekerjaan domestik  agar lebih memberdayakan.

Reframing

Mencari makna pekerjaan rumah tangga yang lebih memberdayakan dari SEBAB jenuhnya.

“Duh nyuci nyuci piring melulu”
Tandanya dapur mengepul, ada perut orang terkasih yang sudah memakan sajian lezat dari tangan lembutku (hiyaaa lembut jare). Alhamdulillah ada beras dan lauk yang bisa dimasak hari ini.

“astaga aku harus setrika segunung semeru”
wah berarti aku dan Lui punya baju banyak yang bisa gonta-ganti kapanpun. Banyak orang yang bahkan beli baju menjelang lebaran adalah sesuatu yang mewah. Sementara aku? Gak pernah kekurangan untuk padu padan dalam menutup aurat. Pun juga Lui, basah dikit ganti, kena kotor dikit ganti, karena emang bajunya satu lemari sendiri.  Alhamdulillah.

“nyapu ngepel pagi siang sore”
Tanda anak sehat, bisa berlarian dan berantakin rumah. Coba kalo anak sakit, pasti rumah bersih namun sepi. Dengan menyapu dan mengepel, Alhamdulillah berarti punya tempat tinggal untuk dibersihkan.

“nyikat kamar mandi dan WC”
Alhamdulillah bisa punya kamar mandi sendiri. Diluar sana banyak yang kudu ke ponten dulu untuk sekedar buang air kecil. Meski gak mewah kayak di hotel, tapi Alhamdulillah kamar mandi ini jadi sejarah perjalanan toilet training Luigi (kisah nyata haha). 


“aku lelah seharian kerja dirumah”
Alhamdulillah lelahnya bikin keluarga sehat. Lelahnya bikin rumah rapi sehingga membuat keluarga betah dirumah. Dengan betahnya dirumah, bisa membangun bonding yang kuat. Alhamdulillah lelahnya untuk kegiatan yang bermanfaat demi keluarga. Bukan buat melakukan yang sia-sia, tanpa bernilai pahala.

“kesepian gak punya teman, gak bisa jalan-jalan”
Alhamdulillah uang aman, gak sering buat jalan-jalan *elus-elus dompet*. Lagian masih sepian di alam kubur, sendirian. Hiks.

“keuangan pas-pasan”
Alhamdulillah yang penting cukup. Alhamdulillah punya suami bertanggung jawab yang mau bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga. Dengan ikhlas menjadi tumpuan dalam keuangan keluarga. Dilingkungan terdekat, saya banyak melihat para wanita yang tidak hanya mengurus anak dan rumah saja, namun juga menjadi tulang punggung keluarga.

“yah kerjanya cuma dirumah”
Jika kita frame pekerjaan kita dirumah hanya ngerjain hal sederhana dan remeh temeh kita bakal merasa kecil, sehingga segala yang dilakukan jadi berat. Kalo lihat kurangnya, pasti isinya ngeluh. 

Beda lagi jika memaknai pekerjaan ini misalnya sebagai manajer, kita ngerasa enteng jalanin peran karena ngerasa “oh aku ini manager dalam keluarga yang mengurus rumah seisinya, bikin hunian nyaman dan keluarga sehat”.

Sebagai manajer kita punya ruang kerja berupa ruang tamu, kamar, dapur, dan kamar mandi. Fasilitasnya ada TV, kasur empuk yang nyaman, ruang tidur ber AC, kulkas, dapur dengan setumpuk indomie yang bisa dimasak kapan saja kita mau. 

Hayoh, fasilitas kerja mana yang bisa sekeren ini? 

Ibu Manajer diluar sana pasti mikir seribu kali buat masak indomie+telur setengah mateng dan cabe 5 biji saat jam kerja, ya khan? Hoahaha. Mereka bisa dengan mudah beli, padahal indomie kenikmatannya ada pada racikan sendiri, betul apa betul? *duta indomie :D

Dari fasilitas mewah diatas, Alhamdulillah berkesempatan bersama anak 24 jam, menjaga dan menemainya main. Memberikan edukasi di usia emasnya yang sesuai dengan nilai keluarga.

Tips menikmati pekerjaan rumah tangga

Nah berikut ini cara saya menikmati aktifitas dirumah dengan setumpuk pekerjaan domestik kerumahtanggan.

Gugurkan limiting belief dan bikin anchor
Terlahir sebagai anak bungsu, Ibu saya SELALU menyediakan semua. Mulai makan yang tersaji di meja makan sampai tumpukan baju rapi dilemari. Hingga kuliah saya gak pernah cuci baju dan masak!!! Aku si anak manja. Sangat kaget saat harus merantau kerja di Jakarta, Babat Lamongan dan Bojonegoro. Sendirian !!!, tanpa orangtua dan saudara.

Setelah dijalani (dengan beberapa tangisan – terutama di Jakarta) saya bisa survive mengurus diri sendiri. Ternyata saya bisa pegang kompor, pegang setrika dan ngucek baju. Alhamdulillah. Berarti saya bukan anak manja, saya juga bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tangan ini bisa diajak bersusah ria. 

Akhirnya survive saya diperantauan, saya bikin anchor, kalo saya ngerasa malas karena ngerasa gak bisa, saya pencet “tombol Jakarta” ditangan kanan. Langsung semangat lagi deh :D

Tentang limiting belief ada ditulisan ini dan anchor ada ditulisan ini

Membuat skala prioritas dengan manajemen waktu
Namanya manajer rumah tangga, tentu harus juga memakai POAC dalam menjalankannya. Pekerjaan ini bukan main-main, pertanggungjawabannya diakherat. Maka saya tulis, seminggu apa target umumnya. Lalu di pecah perhari, sehingga setiap hari berusaha selalu ada aktivitas buat Luigi. Jika saya udah buntu, main play doh, corat coret dibuku gambar dan sepedaan jadi andalan hehe :p



Menekuni kegemaran
Supaya ada waktu sejenak untuk diri sendiri, kita bisa menekuni hal yang paling kita sukai. Misalnya menulis, menjahit, fotografi, memasak dan lainnya. Siapa tau besok saat anak-anak sudah besar, kegemaran yang terus dilakukan menemukan muaranya. Misalnya berjualan kue dari hobby bikin kue, memberikan pelatihan blogging untuk ibu-ibu perumahan, membuat buku cerita anak dan masih banyak lagi sesuai passion

Untuk saat ini saya masih memilih membaca buku sebagai sarana waktu untuk diri sendiri. Tulisan ini saya kerjakan saat Lui tidur. Jika ada waktu bertemu teman, saya minta difoto dengan background kota Surabaya wkwk. Asli receh bener bahagiaku yang terakhir ini. Biarin!!!

Bangun lebih pagi dan olahraga
Saya pernah ikut event blogger, pembicaranya pernah mengatakan bahwa olahraga memacu hormon endorfin yang merupakan hormon bahagia. Gak perlu ke tempat fitnes, ngikutin gerakan senam berbekal yutub udah cukup kogh. Apalagi jika musiknya rame, makin semangat deh memulai hari. Dan emang kalo memulai hari dengan bergerak, jadi happy terus sepanjang hari. Cobain deh.

Follow akun yang memberdayakan
Karena emosi itu menular maka saya mulai meng-unfollow akun yang unfaedah. Dan menggantinya dengan memfollow akun yang memberdayakan. Untuk ibu rumah tangga bisa follow akun @RahelYosi. Dan yang wajib di-follow adalah Instagram founder Enlightening Parenting @OkinaFitriani dan semua akun team sharing. Tidak hanya mencerahkan, namun bisa ditiru cara penerapan ilmu EP-nya. 



Mendengarkan musik
Sejak kecil saya suka mendengarkan musik lembut. Sambil masak, sambil nyuci, sambil nyikat kamar mandi, selalu sambil menyetel musik. Pekerjaan pun tak terasa lekas selesai, karena mengerjakannya sambil nyanyi dan joget. Wkwk.



Mengefektifkan Dapur
Karena saya (belum bisa) memasak, maka saya buat dapur senyaman mungkin. Saya tata sedemikian rupa agar saya betah berlama-lama didapur meski hanya untuk goreng nuget. Barang yang tidak perlu saya singkirkan. Saya juga mengefektifkan isi dapur, piring hanya saya siapkan 5, mangkuk 5, sendok 10, wajan dan panci masing-masing satu buah. Hal ini agar saya tidak pernah merasa cucian piring menumpuk seperti gunung semeru. Karena dengan alat makan yang terbatas, membuat saya dengan segera mencucinya jika kehabisan.

Melibatkan Anak
Saya berusaha melibatkan Luigi dalam aktifitas yang sederhana. Seperti mengajaknya mengambil jemuran. Anak-anak pasti senang karena merasa melakukan pekerjaan yang bermakna seperti orang dewasa lakukan. Bahkan jika selesai nyuci dia tanya “jemurane wes kering ta Ma?”

***
Gimana manajer rumah tangga, sudah lumayan berubah belum emosinya jika pekerjaan domestik dimaknai secara positif? Sudah legowo dan bisa nyengir seperti muka habis ditembak suami pertama kali? Hihi.

Manusia itu takut kehilangan. Sebelum Allah mengambil semua nikmat diatas, yuk kita jalani peran saat ini dengan ungkapan syukur dan hati lapang. Caranya dengan dengan reframing. Mengambil makna yang memberdayakan agar menjadi manusia yang efektif. Menjalankan hari dengan sebaik mungkin. Seperti kata guru saya dibawah ini.

“Jalani peran kita sebaik-baiknya, Jangan setengah-setengah. Jadilah ahli. Tidak hanya di profesi publik yang kita jalani tetapi juga peran domestik. Tidak ada peran yang kecil. Jadi istri, ahli menyenangkan suami. Jadi Ibu, ahli mendidik anak. Jadi murid, ahli mengerjakan assignment. Maka sangat penting menyadari sepenuhnya tiap langkah yang diambil. Hidup bukan sekedar mengalir, karena manusia diciptakan lebih baik dari air” 


sumber anggraenisepti. com

 

0 Response to "Merasa Jenuh Sebagai Ibu Rumah Tangga?Yuk selesaikan dengan trik berikut ini"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel